Sabtu, 11 April 2015

Pesona Negeri Pancasila



      Kesadaran akan keragaman budaya di Indonesia sangat minim terutama saat generasi penerus bangsa mulai menyukai budaya asing. Hal ini dikarenakan kurangnya  kecintaan atas budaya sendiri yang kini mulai terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin pesat. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang  dapat menjadi daya tarik untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai pesona negeri ini. Banyak yang dapat kita gali dan kita serap sebagai pedoman berperilaku dari setiap aturan yang tidak tertulis namun tersirat dalam budaya masyarakat Indonesia. Salah satu contoh budaya masyarakat Indonesia adalah “gotong royong”.  Saat ini budaya gotong royong tidak lagi dipakai sebagai rasa kebersamaan masyarakat, melainkan sebagai prinsip untuk menambang keuntungan sebuah kelompok tertentu seperti partai politik, ormas, atau mungkin kepentingan pribadi atas kekuasaan berlapis sandiwara dan janji-janji manis berujung miris yang merupakan potret penjabat bangsa ini.

            Budaya merupakan identitas sebuah bangsa, tanpa budaya kita akan dipandang sama dengan bangsa lain. Namun budaya yang masyarakat tampung saat ini adalah budaya rakus kekuasaan oleh beberapa penjabat bangsa ini yang tidak mencerminkan sikap Pancasila. Hal tersebut merupakan gambaran Indonesia yang sedang merajut sistem demokrasi yang adil bagi segenap masyarakatnya, namun dengan pengaruh perkembangan politik yang deras menerpa setiap kepercayaan masyarakat yang luntur akibat sikap yang tidak terpandang dilakukan oleh beberapa petinggi-petinggi negara, oleh sebab itu politik yang dipertontonkan akhir-akhir ini dapat merusak moral generasi muda penerus bangsa Indonesia.

            Budaya seharusnya dapat memberikan sikap yang lebih baik dalam masyarakat, sehingga setiap pandangan yang dituangkan dalam panggung politik Indonesia dapat kita saring dan kita pilah sebagaimana kita dapat memutuskan kebijakan terbaik bagi setiap masalah yang melanda bangsa kita ini. Banyak yang dapat kita ambil sebagai contoh dari beberapa kasus yang semakin memperjelas benang merah  permasalahan bangsa ini, korupsi yang merajarela bukan karena kita tidak memiliki rasa persatuan namun karena cerminan masyarakat yang tidak memiliki sikap Pancasila. Ditambah dengan semakin mudahanya pejabat melakuakan setiap penyalahgunaan anggaran yang seharusnya digunakan untuk memakmurkan masyarakat.

            Kini dengan  segenap persoalan yang bangsa ini hadapi, seharusnya masyarakat semakin mengeratkan persatuan untuk memerangi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat mencabik rasa nasionalisme kita. Kita seharusnya bangga dengan apa yang bangsa ini miliki sebagai daya pendobrak untuk meruntuhkan budaya korupsi yang telah menjamur disetiap peristiwa yang dilakukan oleh pemangku-pemangku jabatan di Indonesia. Wakil rakyat seharusnya mencari solusi untuk kemakmuran bangsa ini bukan kualisi untuk beradu kepentingan, dari kaca mata masyarakat yang semakin lelah mempertanyakan hasil dari janji-janji yang ditebarkan dan sumpah untuk mensejahterakan rakyat. Kita seharusnya membuka mata untuk setiap keanehan yang menjadi ironi bumi Pertiwi bukan sebaliknya membiarkan dan pasif dalam berpartisipasi saat pengambilan keputusan bangsa Indonesia.

            Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk dan wilayah yang luas, oleh sebab itu dengan semakin banyak persoalan yang dihadapi, para penjabat seharusnya membesarkan hati untuk menyingkirkan ego dan mengedepankan kepentingan umum untuk memperoleh kebijakan yang dapat mempersempit jumlah kemiskinan dan mendokrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejak kepemimpinan tertinggi bangsa ini berpindah tangan nilai rupiah semakin anjlok dan semakin memperbesar jumlah hutang luar negeri kita. Masyarakat dihadapkan kepada kenyataan bahwa lembaga hukum Indonesia yang seharusnya membela kepentingan rakyat malah sebaliknya belum benar-benar bersih dari korupsi, hal ini merupakan fenomena yang sudah ada sejak budaya bangsa ini disalahgunakan untuk lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan bersama. Budaya gotong royong digunakan untuk meraup uang rakyat yang seharusnya lebih diperhatikan penggunaannya. Masyarakat hanya dapat mengelus dada dengan kelakuan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dengan tangan kotor yang seenaknya mencuri hak rakyat, para koruptor mendapat hukuman lebih kecil daripada pencuri sandal jepit yang seharusnya dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

            Mafia hukum juga ikut bermain dalam memperdaya besar hukuman bagi para koruptor, suap – menyuap menjadi langganan pemberitaan publik atas kasus korupsi di Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara ini dipimpin oleh manusia-manusia yang tidak sepantasnya mendapat kesempatan memimpin bangsa ini. Kini orang baik dapat menjadi buruk akibat budaya korupsi yang tumbuh berakar dari atas hingga ke bawah. Anehnya perilaku ini dipertahankan akibat dukungan mafia hukum yang juga bermain dibalik palu peradilan. Pengamalan Pancasila dalam setiap kehidupan masyarakat seharusnya dapat dicontohkan oleh penjabat Indonesia dan dapat menjadi figur yang dipercaya masyarakat.


            Generasi muda bangsa Indonesia kini menjadi harapan baru membangun demokrasi yang utuh tanpa interfensi kelompok tertentu, sebagaimana kita dipersatukan dari berbagai ras menjadi satu, oleh semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Hal ini menjadi beban yang dapat kita pikul bersama saat mulai memperbaiki budaya asli Indonesia yang telah luntur akibat ulah manusia yang tidak mencerminkan sikap Pancasila. Generasi muda mulai dari sekarang harus ditempa dengan menanamkan sikap-sikap Pancasila agar dapat menjadi acuan berperilaku yang baik saat telah menjadi anggota masyarakat. Beberapa pandangan mengatakan bahwa infestasi panjang dari sebuah bangsa adalah pendidikan, jika kita ingin menang melawan kemiskinan anak-anak bangsa harus diberikan pendidikan yang baik dan mempuni agar kelak bangsa ini dipimpin oleh anak-anak bangsa yang bermoral baik dan mengedepankan kepentingan bersama didasari oleh sikap Pancasila. Sehingga apa yang dicita-citakan Bung Karno dan para pejuang yang telah gugur dapat tercapai dan dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini karena kita merdeka, merdeka dari kemiskinan, merdeka dalam memperoleh pendididkan, merdeka dalam beragama dan merdeka atas hak dan kewajiban sebagai warga negara.