Senin, 06 Juli 2015

Survey sungai Buntu Yogyakarta

Sungai Buntu merupakan salah satu sungai yang terdapat di Yogyakarta. Kenapa disebut sungai Buntu ? Karena sungai ini tidak memiliki sumber mata air, air yang mengalir di sepanjang sungai ini merupakan hasil pembuangan manusia terutama dalam bidang pertanian. Air yang berada di Sungai Buntu merupakan sisa dari sawah dan kampung-kampung yang dialirkan ke Sungai Buntu. Sungai Buntu terbentang dari TVRI Yogyakarta - Borubudur Plaza - Sungai Winongo.

Sering dilanda Banjir
Dulunya sungai ini mendapat predikat sungai terkumuh, karena perilaku warga sekitar sungai yang membuah sampah, limbah rumah tangga dan polutan ke sungai ini. Selain karena banyaknya sampah disaat musim penghujan tiba sering terjadi banjir karena sungai tidak mampu lagi menampung jumlah debit air.

Karena permasalahan Banjir tersebut timbullah rasa ingin merubah sungai Buntu, agar tidak terjadi Banjir lagi. Perubahan ini dipelopori oleh salah satu tokoh masyarakat di Desa Karangwaru yakni Bapak Bandono. Beliau adalah sosok penggagas ide pertama kali tentang pembebasan sungai Buntu dari banjir dan membuka lahan terbuka hijau di Desa Karangwaru.

Perjuangan Bapak Bandono
Pada awalnya gagasan dan Ide bapak Bandono tidak mendapat respon positif dari masyarakat sekitar, Bahkan ada tokoh masyarakat yang menolak ide tersebut. Namun hal itu tidak menyurutkan niat bapak Bandono dalam memperjuangkan gagasannya.

Lambat laun dengan ketekunan dan keuletan beliau yang tetap terus menyampaikan maksud dan tujuan dari gagasannya tersebut kepada warga sekitar membuahkan hasil. Satu persatu warga mulai mendukung gagasan bapak Bandono tersebut. Setelah mendapatkan dukungan dari warga bapak Bandono membentuk Tim pemerhati sungai Buntu yakni TIPB ( Tim Inti Partisipatif Buntu ) yang pada awalnya beranggotakan 18 warga. Pada tepat tahun 2008 bapak Bandono beserta TIPB mengajukan proposal langsung kepada Dirjen Bappenas yang berada di Jakarta.

Dana untuk membangun sungai Buntu
Setelah mengajukan Proposal, kemudian proposal tersebut mendapat tanggapan positif dan ditandatangani langsung oleh Dirjen Bappenas saat itu. Dana yang pertama kali diterima sebesar 1 Miliyar, dana tersebut digunakan untuk membangun talud sepanjang sungai Buntu.


Skema pembangunan
  1. Pinggiran sungai Buntu dibangun pondasi dari batu dan diperlebar, untuk menghindari warga yang ingin membuang sampah ke sungai
  2. Konsep Rumah di desa Karangwaru halaman Rumah dibangun menghadap langsung ke Sungai Buntu, sehingga masyarakat semakin sadar dan malu bila membuang sampah ke Sungai
  3. Masyarakat mengambil bagian dalam pembangunan sungai Buntu agar dapat meningkatkan rasa memiliki dan sadar untuk merawat dan menjaga sungai Buntu tetap bersih.
Foto bersama Bapak Bandono (Tengah) saat survey sungai Buntu
 Kondisi sungai Buntu sekarang
  1. Mendapat Kalpataru Tahun 2013
  2. Menjadi percontohan pembangunan sungai di ASEAN
  3. Mendapatkan perhatian langsung dari UNESCO dan Bang Dunia
  4. Satu-satunya sungai yang masuk dalam anggara APBD RI
  5. Terbentuk beberapa oraganisasi lain dalam pengelolaan sungai Buntu :
    • Bank Sampah yang dilaksanakan oleh karangtaruna desa Karangwaru
    • Membentuk badan pengelola dana donasi dari swasta
    • Membentuk organisasi pembuatan Biofil (Alat pengubah limbah padat rumah tangga menjadi limbah Cair)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan untuk meninggalkan komentar yang mendidik dan membangun, berbobot sesuai dengan artikel yang dibaca